Pulau Pisang #2 Melihat lebih Dekat Pesona Banana Island
Pada Travel Story sebelumnya menceritakan tentang Perjalanan dan Cara menuju Pulau Pisang, pada kelanjutan Cerita ini aku akan membagikan cerita tentang "Melihat Lebih Dekat Pesona Pulau Pisang". Pada bagian Kedua ini aku juga akan membagikan Cerita tentang makanan khas Pulau Pisang, Tempat yang wajib di kunjungi di Pulau Pisang, Sejarah, dan Cerita-cerita di Pulau Pisang..
Okey, Langsung saja ke cerita. Setelah di ajak datuk yang barengan dengan kami saat di kapal untuk bermalam di Rumahnya, yang juga sebuah penginapan, kami langsung membersihkan badan, ya karena saat perjalanan di perahu kami harus rela basah-basahan karena gelombang laut yang tinggi. Bersihkan dulu sana dek badanya, gak enak nanti istirahat (tidur) kalau basah karena air Laut, lengket. kata Andung sembari menunjukkan kamar mandi. Bersih-bersih dulu ya, wait.
Setelah bersih-bersih kami duduk santai di teras rumah Andung. (Andung adalah panggilan untuk Nenek di Pulau Pisang). Sambil melihat beberapa rumah tradisional khas pulau pisang yang berada di depan Rumah Andung. Karena hari masih cukup siang, Andung merekomendasikan kami untuk menikmati pantai yang berada di dekat Dermaga yang tak jauh dari Penginapan.
Wah ide bagus tuh bang, Kata Mezi. Yuk lah bang ke sana Otw. Kami berangkat berjalan kaki melintasi jalan rambat Beton di atara rumah Warga, sementara heri dan Yudhi masih asik dengan Gadget meraka, Aku dan Mezi saja yang berangkat.
Dan benar sekali kata Andung, Bahwa pantai di Dekat Pelabuhan ini sungguh cantik, bahkan lebih cantik di bandingkan gebetan, Awokawok. Jujur nih, baru pertama kali lihat Pantai secantik ini secara langsung, yang sebelum-sebelumnya hanya bisa melihat dari Tv, dimana Air Pantai yang hujau kebiruan dan pasirnya yang berwarnah Putih membuat mata tak henti melirik kesana kemari. Lebih membuat mata terpesona dengan rapi nya jejeran perahu nelayan yang berada di pinggi pantai yang terombang ambing.
Jepret sana sini, pose ini pose itu, karena memang sangat di sayangkan jika tidak mengabadikan momen indah seperti ini. Terlihat beberapa nelayan yang sedang membersihkan Perahu, anak-anak pulau yang riang bermain bola di tepi Pantai, dihh pokoknya ini adalah cerita Traveling yang sangat Wahh deh.
![]() |
Sangking asiknya menikmati Pantai yang Cantik ini, gak kerasa kalau hari sudah mulai gelap, kami pun kembali ke Rumah Andung. Kembali ke jalan antara lorong Rumah, sesekali aku memotret bebrapa rumah yang memang, ya menurutku sangat unik, dan tradisional. Rumah-rumah Tradisional di Pulau Pisang ini sekilas seperti Rumah pada masa kolonial, hampir-hampir mirip deh pokoknya.
Saat malam, yang lain sudah tidur. Setelah makan malam yang di sajikan oleh Andung, duh kurang baik apa lagi coba Andung ke kami, yang lebih menyenangkan adalah setelah makan malam, kami di beri Andung salah satu Makanan Khas Pulau Pisang, sejenis bungkusan Lemper atau lebih mirip Oncong, tapi bukan terbuat dari ketan. Namanya Selimpok Mungkin. Selimpok Mungkin adalah makanan Khas Pulau Pisang yang hanya akan di temui di Pulau Pisang. Selimpok menajadi Pesona Makanan Pulau Pisang yang memiliki daya tarik tersendiri di Pulau Pisang ini
Baca Juga Dong : Pantai Laguna Samudra, Pantai Tercantik di Bengkulu
Setelah lahap makanan Khas Pulau Pisang Heri dan Yudhi tertidur, karena kecape'an, mungkin!!. Aku yang antusias dengan suasana Pulau Pisang ini tidak memilih tidur lebih awal, karena aku sangat ingin mendengar cerita-cerita tentang Pulau Pisang ini dari Andung dan Datuk, yang memang penduduk asli dari Pulau Pisang ini.
Aku menemui Andung, Andung yang sedang mengupas kacang merah, aku mendekat dan membantu Andung, heheh ini cara yang cukup ampuh untuk mengajak Andung ngobrol agar Andung mau bercerita. Dan benar loh Andung bersedia menceritakan beberapa hal tentang Pulau Pisang, dan Datuk juga sesekali bercerita sambil menonton siara Bola.
Dengan nada bahasa yang enak untuk di dengar andung mulai menceritakan, semua Andung ceritakan, bahkan tak sadar Kacang Merah yang kami kupas sudah habis satu piring, begitu hikmat cerita dari Andung, sesekali Andung juga memberi motivasi kepada ku " Sekecil apapun, tetaplah berusaha menjadi Baik, Meskipun itu hanya sepiring Nasi". Kata-kata itu cukup membuat ku merenungi tentang arti Sebuah kebaikan.
Tentang Pulau Pisang (Banana Island)
Sejarah Singkat Pulau Pisang ( Banana Islan )
sejarah singkat Marga Pulau Pisang bermula dari berangkatnya rombongan yang dipimpin oleh Gimbar Batin yang dalam penelusuran dari Tamboo tertulis bahwa Gimbar Batin masih keturunan bangsawan, Adipati Gedung Dalom, dari Balik Bukit Skala Brak untuk mengembangkan wilayah hingga ke Pulau Pisang yang saat itu belum banyak penghuninya.
Sampai di Pulau Pisang Gimbar Batin mendirikan Dusun yang diberi nama Bahklui terletak di dataran tinggi di Pulau Pisang atau orang Inggris menyebutnya Dooson Baclui at Island of Poolo Pisang. Memang pada masa itu sebagian besar wilayah pulau pisang masih berupa semak belukar, banyak ditumbuhi pohon pisang dan pohon-pohon lainnya yang belum berpenghuni. Konon menurut cerita disebutnya dusun Baclui karena wilayah itu dulunya banyak ditumbuhi pohon kalui (sejenis Nangka) khas pulau pisang.
Pulau Pisang pada masa itu merupakan wilayah Afdeeling di bawah Resident Bengkulu. Nama Pulau Pisang sendiri konon ceritanya karena dari karena kejauhan terlihat seperti pisang terapung sehingga oleh banyak nelayan atau pedagang Bengkulu disebut Pulau Pisang. Hal tersebut diperkuat dengan kenyataannya setiap mereka mampir di Pulau selalu makan pisang, bahkan sering membawanya sebagai bekal di perjalanan dan oleh2 sehingga akhirnya orang-orang dari Bengkulu mengenal pulau tersebut sebagai Pulau Pisang. Yang pada akhir dikutip oleh Pemerintah Inggris sebagai Island of Poolo Pisang. Seperti tertulis dalam besluit tanggal 5 djuni 1799 ketika menetapkan Gimbar Batin sebagai Perwatin berikut ini.
Penetapan Gimbar Batin pada tahun 1799 diangkat oleh Pangeran dan Ketua2 yang ada di Krui dengan dihadiri oleh M Richard Maidman Residen Krui menjadi PERWATIN dengan gelar “Demung Tinggi Laksana” Beslit resmi diberikan pada tanggal 5 Djuni 1799 yang ditandatangani oleh Samuel Barreld Assistant at Poolo Pisang.
Kutipan dari Tambo, Beslit yang ditandatangani oleh Samuel Barreld pada tanggal 5 djuni 1799.
“This is to certify that Bearer Gumbar Batteen has been established by the Pangeran and Chiefs at Croee in the presence of M. Richard Maidman Resident of Croee that he is the proper Proattteen of Dooson Baclui at Island of Poolo Pisang in lieu of “Demung Tinggi Laksana”, 5 djuni 1799 Samuel Barreld Assistant at Poolo Pisang . (Disalin sesuai aslinya oleh Aliyurja Gelar Raden Takdir pada tanggal 5 Djuli 1958).
Sebagai Perwatin, Pemimpin atau Penyimbang adat di Pulau Pisang, maka Gimbar Batin mulai menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Seperti dikemukakan Abdul Syani bahwa dalam kepemimpinan struktur Pemerintahan Adat dan kehidupan pergaulan masyarakat adat Lampung, terdapat istilah atau sebutan terhadap pimpinan adat, diantaranya adalah: Perwatin/Proatin/purwatin. Dimana yang dimaksud dengan “Perwatin” adalah para Penyimbang adat/dewan adat/tokoh adat/tuha khaja/pimpinan adat (subyek). Sebagai perwatin adat memiliki hak dan kewajiban memimpin segala aktivitas Pemerintahan Adat atau urusan yang berhubungan langsung dengan hippun/peppung (musyawarah) adat. Sebagai penyimbang adat berkewajiban untuk membina dan menjaga stabilitas pemerintahan adat kerukunan warga adat yang dipimpinnya.
Setelah pergantian kekuasaan dari Pemerintahan Inggris ke Pemerintahan Belanda, maka pada tahun 1834 Pemerintahan Belanda menjadikan Pulau Pisang sebagai Wilayah Marga Pulau Pisang yang merupakan salah satu dari 16 Marga Adat yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
Pemerintah Belanda dengan besluit 24 Desember 1834 menetapkan Raden Kalipah sebagai Kepala Marga Pulau Pisang dengan Gelar Karia Karta Dilaga. Raden Kalipah merupakan anak Gimbar Batin (Perwatin Pulau Pisang) seperti dijelaskan di atas memang keturunan Bangsawan Adipati Gedung Dalom dari Balik Bukit Skala Brak.
Berikut ini Kutipan Tambo, Beslit pada tanggal 24 Desember 1834 yang ditandatangani oleh P.de Perce Asisten Resident Van Bengkulen.
Bahwa adalah kami Assistent resident Bangkahulu:
Memberitahukan kepada segala mereka itu jang Raden Kalipah sudah kami angkat menjadi Kepala di dalam Marga Pulau Pisang. Maka hendaklah segala mereka itu menurut perintahnya bagaimana patut, serta kami gelarkan akan dia: KARIA KARTA DILAGA adanya. Bangkahulu pada 24 Desember 1834, Assistent Resident van Bengkulen d.to. P. de Perce. (Disalin sesuai aslinya oleh Suahimi Rais pada tanggal 19 Juni 1958 serta disahkan oleh Kepala Daerah Kewedanaan Krui Lukman pada tanggal 7/9/1958)
Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Adat Saibatin Lamban Gedung Karia Karta Dilaga sebagai Kepala Marga Pulau Pisang adalah sah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena selain dari bukti Bisluit yang ada juga diperkuat dengan adanya 1). garis keturunan (asal usul) kebangsawan dibuktikan Tambo dan Surat-Surat. Hal ini sesuai ketentuan dalam adat Marga bahwa setiap Marga dipimpin oleh seorang Kepala Marga atas Dasar Keturunan dan Bukan atas dasar pemilihan oleh dan dari punyimbang-punyimbang yang bersangkutan; 2). memiliki Lamban Gedung yang masih ada sampai sekarang di Pekon Sukamarga Pulau Pisang, dalam masyarakat adat Lampung Saibatin, tempat kediaman bagi Saibatin Marga disebut dengan Lamban Gedung, yang juga merupakan pusat pemerintahan adat Lampung dan lambang legitimasi adat dalam sistem Kesaibatinan; 3). memiliki pakaian kebesaran adat; dan 4) memiliki 12 suku adat yang masih eksis dengan Tugas pokok dan fungsi yang terdokumentasi dengan jelas serta dilengkapi dengan peralatan adat yang dapat ditampilkan setiap acara adat.
Makanan Khas Pulau Pisang
![]() |
selimpok mungkin |
Rekomendasi Penginapan di Pulau Pisang
![]() |
penginapan kenzi di pulau pisang |