Tentang sebuah Perjalanan Pendakian dalam Kabut Tipis
Tetes demi tetes perlahan jatuh, membasahi tanah Gunung yang lembab. Aliran keringat seakan menggelitik di antara celah baju, basah, panas namun suasana dingin Gunung seakan membuat rasa itu tak begitu terasa.
Langkah kecil kaki yang mulai gemetaran, merambat pelan di antara celah akar yang menjalar.
Tanganpun ikut berpadu dalam mensuport kaki agar tetap kuat melanjutkan perjalanan menuju tempat yang di harapkan.
Sebuah Perjalanan Pendakian
Saat kaki dan tangan saling bertemu dalam satu tumpuan, kaki yang mendorong dan tangan yang menarik beban di badan.
Jalan setapak dalam dingin membuat perjalanan menjadi lebih terasa. Dimana akar-akar yang membelit membentang di jalur sempit berdinding lumut basah yang dingin.
Papan plakat bergelantungan yang seakan memberi semangat untuk tetap melanjutkan langkah menuju puncak.
Saut saut penghuni hutan seperti cheerLeader dalam sebuah tournamen olahraga, memberi sorakan semangat, saat badan mulai lelah.
Kabut tipis perlahan menyelimuti hutan yang lebat, jarak pandang mulai terbatas, putih hamparan sejauh mata memandang, gelap namun tidak hitam.
Berhenti sejenak, mengambil headlamp yang tersimpan dalam bodypack, kembali langkah kecil perlahan menembus dalam kabut tipis.
Jaket mulai berembun, sementara di dalam keringat yang mengelitik mulai meredam dan dingin.
Perjalanan berlanjut, karena ingin melewati pos yang di beri tanda sebagai larangan untuk ngecamp, sementara waktu terus berjalan, bagaimana jika magrib tiba lebih dahulu, sementara kami masih di area nya
Sebenarnya tidak terlalu menjadi fikiran, selagi mematuhi aturan dan menghargai yang ada di sekitar, mau ngecam di manapun bisa. Namun ini sebuah instruksi, kalau bisa jangan ngecam di area pos tersebut.
Karena menurut cerita, ini merupakan jalur yang biasa di lewati harimau, dan juga beredar bahwasannya shelter tersebut sedikit angker, tak tau itu semua hanya spekulasi atau apa, yang pasti untuk menjaga amanah, kalau bisa mengikuti instruksi ini.
Akhirnya, sebelum magrib tiba kami lebih dulu melewati shelter tersebut, pertengahan antara shelter 1 dan 2 , saat badai mulai menerpa, tak sengaja kami bertemu dengan sepasang calon suami istri.
Dia menegur, mau lanjut ke shrlter 2 kah dek?. Sembari dia membenari tali tenda.
Sudah mau magrib, sebentar lagi malam, mending ngecamp di sini dulu barengan sama bang dan akak (panggilan untuk kakak perempuan bagi orang pekan baru).
Lirik kiri kanan, ke dua temanku kelihatan sudah sangat kelelahan, ngecamp di sini juga bukan ide yang buruk, fikir ku sambil desut, napfas setengah tertahan keril.
Boleh, bang, akihirnya kamipun mendirikan tenda tepat di samping tenda bang David, juga ikut membantu menarik playsit atap tenda.
Tawa kecil kami, seakan mengalahkan rasa dingin saat kencangnya angin menerpa pohon yang lebat, gesekan ranting, dan sesekali bunyi hewan saat menjelang malam sebagai penanda bahwa gelap dan sunyi gunung akan segera tiba.
Banyak obrolan, entah apa yang di obrolkan yang penting, ada sebuah percakapan untuk sebuah malam yang dingin.
Setelah masak, makan, seperti biasa rokok menemani malam. Dengan sedikit celah pentilasi tenda, membuat asap keluar layaknya cerobong asap dari restoran, berbintang.
Asik dengan Obrolan, sesekali bang david memanggil dari tendanya, dik sudah makan?, iya sudah bang, jawab ku dari dalam tenda.
Bagus deh kalau sudah, istirahat ya, besok pagi kita lanjut ke shelter 3, siap bang kembali kami menjawab.
Ke dua teman pendakian ku, terlihat kelelahan, mereka memilih tidur lebih duluan. Tak lama berselang aku juga ikut tidur.
Bersambung.. Shelter 3 Gunung Kerinci: Pemandangan yang menakjubkan di Batas Vegetasi
Sebenarnya apa sih yang di harapkan dari sebuah pendakian, lelah, dingin, lapar, hingga kematian senantiasa mengiringi setiap Langkah dalam sebuah pendakian.Beberapa jawaban mungkin bisa di temukan saat kalian berjalan mendaki, menikmati hutan, melihat bagaimana indahnya ciptaan tuhan dari dekat.
Tabik
*Artikel ini sudah pernah di publikasikan di website DOKUMENKU dengan judul Sebuah Pendakian Dalam Kabut Dengan Pandangan Terbatad